Analisis Saham PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk. (IFII)

Jujur saat mengetik analisis saham ini saya merasa geli. Bukan karena ada hal yang memalukan, tapi karena kode ticker saham ini cukup unik. Yup, perusahaan ini punya kode ticker IFII yang terdengar unik ketika dibaca dengan cepat. Tapi apakah perusahaannya juga bagus secara finansial maupun secara manajemen dan prospek, sehingga layak digunakan untuk investasi? Mari kita analisis secara perlahan.

PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk. didirikan pada tanggal 24 September 2007. Namun saat didirikan perusahaan bergerak dalam bidang penyediaan jasa persiapan produksi, seperti pengurusan perizinan dan pengadaan sumber daya manusia untuk proses produksi. Kegiatan ini berlangsung sampai dengan tahun 2012. Di tahun 2012 perusahaan baru mulai memproduksi Medium Density Fibreboard (MDF), sejenis papan dengan kerapatan sedang dan berpori-pori halus. Papan ini sering digunakan sebagai bahan baku furniture. Di tahun yang sama pula perusahaan melakukan ekspor ke Malaysia. Berlanjut pada tahun 2014 perusahaan melakukan ekspansi dengan mendirikan pabrik lem. Di tahun-tahun selanjutnya perusahaan terus berekspansi dengan mendirikan beberapa pabrik baru, menambah jenis produk yang diproduksi, dan mendapatkan investor asing dari Jepang. Perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 10 Desember 2019.

Berdasarkan laporan tahunan 2024 perusahaan, IFII dipimpin oleh Bapak Heffy Hartono selaku direktur utama. Lalu untuk posisi komisaris utama diisi oleh Bapak Surja Hartono. Sejauh penelusuran yang saya lakukan, saya tidak menemukan hal-hal aneh sehubungan dengan beliau. Jadi bisa dikatakan aman-aman saja.

Lalu bagaimana dengan produk perusahaan? Masih dari laporan tahunan perusahaan, IFII memproduksi produk kayu olahan. Produk-produk yang diproduksi diantaranya Medium Density Fibreboard, High Moisture Resistant, MDF Splitter, kayu lembar (Veneer), dan kayu lapis (dikenal juga dengan nama Plywood atau triplek). Produk-produk tersebut diproduksi di pabrik mereka yang berlokasi di Sumatera Selatan, dan diekspor ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang.

Plywood yang juga menjadi produk IFII

Lalu bagaimana dengan keuangan mereka? IFII secara keuangan cukup menarik. Berdasarkan laporan keuangan terakhr IFII, yaitu laporan keuangan enam bulan pertama 2025 (atau laporan kuartal 2 2025), IFII memperoleh laba sebesar Rp108,99 miliar (atau jika disetahunkan maka jumlah itu sama dengan Rp217,9 miliar). Dengan ekuitas sebesar Rp1,3 triliun, maka IFII memiliki ROE disetahunkan sebesar 15,94%. Saat artikel ini ditulis, IFII memiliki lembar saham beredar sebanyak 9,4 miliar. Sehingga selembar saham IFII memiliki book value sebesar Rp145,33. Harga selembar sahamnya saat artikel ini ditulis adalah Rp238. Itu artinya IFII memiliki PBV sebesar 1,6 kali. Analisis ringkas tentang keuangan IFII dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis keuangan IFII (klik gambar untuk memperbesar)

The bottom line? Prospek bisnisnya cukup cerah. Namun menurut saya ada beberapa hal yang perlu dicatat sebelum membeli saham IFII ini. Pertama adalah kenaikan tarif impor Amerika Serikat, sedangkan IFII sendiri juga menjual barang ke Amerika Serikat. Jadi ada kemungkinan kenaikan tarif ini sedikit banyak akan mempengaruhi kinerja keuangan IFII. Padahal kinerja keuangan IFII di kuartal 2 2025 ini lebih baik daripada kinerja keuangan kuartal 4 2024. Mungkin  hal inilah yang menyebabkan harga saham IFII naik banyak akhir-akhir ini. Kedua, perusahaannya agak asing di Indonesia (asing di sini maksudnya kurang terkenal, tapi bukan berarti perusahaannya tidak bagus). Terlepas dari dua hal tersebut, IFII sangat menarik untuk digunakan sebagai sarana investasi jangka pendek. Saran saya, mungkin kita bisa menunggu sampai IFII merilis laporan keuangan kuartal 3 2025, untuk melihat seberapa besar dampak kenaikan tarif impor Amerika Serikat terhadap keuangan IFII.

Disclaimer: Tulisan ini bukan rekomendasi atau ajakan untuk membeli saham IFII. Keputusan berinvestasi dan risiko yang timbul menjadi tanggung jawab dari masing-masing investor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)