Analisis Saham Astra Graphia (ASGR): Perusahaan yang (Mungkin) Dipandang Sebelah Mata

Investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal Indonesia mungkin tidak asing dengan PT Astra International Tbk (ASII). ASII menjalankan berbagai jenis bisnis melalui anak usahanya. Produk-produknya pun dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Sebut saja produk otomotif mereka (mobil Toyota dan Daihatsu, serta sepeda motor Honda). Produk-produk mereka yang terkenal dan diminati pasar membawa dampak positif pada nama besar dan kinerja keuangan ASII. 

Logo PT Astra Graphia Tbk. (ASGR)
Logo ASGR

Selain merakit dan menjual kendaraan, ASII melalui anak perusahaan lainnya juga menjalankan bisnis lain. Salah satunya PT Astra Graphia Tbk. dengan kode saham ASGR. Berbeda dengan anak perusahaan ASII yang lain seperti AUTO (yang membuat dan menjual suku cadang kendaraan) atau AALI (yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit), ASGR relatif jarang dibicarakan oleh pelaku pasar modal Indonesia. 

Cikal bakal perusahaan bermula dari sebuah divisi di PT Astra International  dengan nama Divisi Xerox. Divisi ini bertugas untuk menyediakan layanan peralatan dan perlengkapan perkantoran. Berselang empat tahun kemudian divisi ini diubah menjadi sebuah perusahaan dengan nama PT Astra Xerox pada tanggal 31 Oktober 1975. Perusahaan pada saat itu menjadi distributor eksklusif dari produk-produk Fuji Xerox Co. Ltd yang umumnya berkaitan dengan dokumen (seperti mesin fotokopi). Perusahaan juga menyediakan layanan purna jual untuk produk-produk Fuji Xerox di Indonesia. Nama perusahaan berubah menjadi PT Astra Graphia pada tanggal 5 Januari 1976. Nama tersebut tetap digunakan hingga perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 15 November 1989.

ASGR saat ini menjalankan beberapa lini bisnis. Bisnis solusi dokumen (seperti percetakan dan duplikasi) masih mereka jalankan sampai saat ini dan masih bermitra dengan Fuji Xerox. Bisnis lainnya yang juga dijalankan oleh ASGR adalah penyediaan solusi teknologi dan transformasi Digital. Jadi selain menjual mesin fotokopi dan percetakan, ASGR juga menyediakan jasa cetak B2B, penjualan perangkat keras, penjualan perangkat lunak, dan jasa implementasi teknologi informasi untuk berbagai klien bisnis.

Saat artikel ini ditulis, ASGR dipimpin oleh Bapak Hendrix Pramana selaku presiden direktur. Posisi ketua komite audit diisi oleh Bapak Sidharta Utama, sedangkan posisi presiden komisaris diisi oleh Bapak Santosa. Sejauh ini ASGR tidak pernah terlihat melakukan tindakan yang aneh-aneh. Atau dengan kata lain, ASGR termasuk perusahaan yang ‘normal-normal’ saja.

Lalu bagaimana dengan kondisi keuangannya? Inilah yang menarik. ASGR mencatatkan laba bersih sebesar Rp181,2 miliar pada kuartal 3 2025. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp150,5 miliar. Jika laba di kuartal 3 2025 ini disetahunkan, maka diperoleh angka sebesar Rp241,6 miliar. Di periode yang sama, ASGR memiliki ekuitas sebesar Rp1,998 triliun. Sehingga ASGR memiliki ROE sebesar 12,10%. ROE ini mungkin terlihat kecil. Namun, ASGR memiliki jumlah saham beredar sebanyak 1,348 miliar lembar. Sehingga diperoleh book value selembar saham ASGR  sekitar Rp1.481. Harga sahamnya saat artikel ini ditulis adalah Rp1.245. Artinya?  Price to book value saham ASGR adalah 0,84. Perusahaan dengan ROE 12,10% dan PBV sebesar 0,84 bisa dikatakan murah. Terlebih di masa lalu ASGR pernah menyentuh harga Rp2.000-an per lembar saham.

Analisis keuangan saham ASGR
Analisis keuangan saham ASGR. Perhatikan: Dari tahun 2014 ekuitas ASGR cenderung naik, namun PBV-nya semakin menurun (karena laba ASGR sempat menurun dan ada pandemi). Tapi akhir-akhir ini labanya kembali tumbuh, dan ROE-nya kembali meningkat. Klik gambar untuk memperbesar

Lalu bagaimana dengan prospek bisnis perusahaan? ASGR sendiri memang terlihat perusahaan ‘kuno’ jika dilihat dari bisnis penjualan dokumen mereka. Tapi perlu dilihat juga bahwa ASGR sudah bertransformasi. Pendapatan ASGR sekarang ini mayoritas tidak bergantung hanya pada pendapatan dari penjualan mesin, tapi dari pendapatan jasa dan sewa. Pendapatan jasa dan sewa ini mungkin saja masih ada yang berhubungan dengan alat-alat teknis seperti reparasi mesin cetak dan fotokopi, namun terlepas dari itu investor bisa melihat bahwa pendapatan ASGR tidak hanya berasal dari jualan mesin cetak dan fotokopi.

Kesimpulannya? ASGR cukup menarik untuk digunakan sebagai investasi jangka menengah. Prospeknya cukup cerah (ingat mereka tidak hanya jualan mesin fotokopi saja, tapi mereka punya bisnis yang sangat relevan dengan perkembangan teknologi sekarang), manajemennya bagus (dibawah naungan ASII), dan harga sahamnya cukup menarik secara fundamental. Kekurangannya mungkin hanya satu, yaitu sahamnya kurang likuid untuk investor dengan modal yang amat sangat besar. Bagaimana, tertarik untuk mencoba saham ASGR ini?

Disclaimer: Tulisan ini bukanlah ajakan untuk membeli saham ASGR. Risiko yang mungkin muncul dari pembelian saham ASGR menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)