Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Pada tulisan ini saya akan membahas PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Perusahaan dengan kode saham AMRT ini mengoperasikan minimarket berjaringan yang cukup terkenal. Yup, AMRT mengoperasikan jaringan minimarket Alfamart. 

Alfamart, belanja puas harga pas...

Sebelum lanjut, mari kita membahas sedikit sejarah mengenai AMRT.  PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. didirikan pada tanggal 22 Februari 1989 oleh Djoko Susanto dan keluarga. Saat awal berdiri, AMRT bergerak pada usaha perdagangan dan distribusi berbagai macam produk. AMRT baru menjalankan bisnis pedagang eceran dengan format minimarket (seperti yang saat ini kita ketahui) pada tahun 2002. Saat itu AMRT mengakuisisi 141 gerai Alfaminimart, dan mengganti namanya menjadi Alfamart seperti yang kita kenal sekarang. AMRT baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 15 Januari 2009. Berselang lima tahun kemudian, AMRT melebarkan sayap bisnisnya ke negara tetangga, yaitu Filipina. AMRT juga beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang terjadi. Di tahun 2019, perusahaan meluncurkan aplikasi Alfagift. Hingga tahun 2024, perusahaan memiliki 20.120 gerai, dimana 14.652 gerai dimiliki sendiri dan sisanya adalah gerai waralaba. Perlu diketahui juga, AMRT tidak hanya memiliki minimarket Alfamart. AMRT melalui entitas anaknya juga mengoperasikan jaringan minimarket brand lain, diantaranya Alfamidi dan Lawson.

Lalu, bagaimana dengan prospeknya? Jika didasarkan dengan data yang ada, prospeknya cukup cerah. Perusahaan memiliki cabang yang cukup banyak, dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis AMRT di laporan Public Expose terakhir, jumlah gerai yang dimiliki AMRT lebih banyak daripada gerai yang dimiliki kompetitor abadinya (siapa lagi jika bukan Indomaret?). Selain itu, proses bisnis AMRT cukup sederhana. AMRT hanya jualan barang dan jasa yang dibeli dari pihak ketiga. Jadi, proses bisnis AMRT hanya beli barang dari pemasok, lalu simpan barangnya di gudang, dan terakhir kirim barangnya ke gerai-gerai Alfamart untuk dijual. Barang yang dijual AMRT juga relatif mudah dijual karena menjadi kebutuhan hidup sehari-hari.

But, bagaimana dengan kondisi keuangannya? Melihat rasio profitabilitas perusahaan yang bisa dihitung dengan menggunakan return on equity (ROE), AMRT memiliki ROE 19,22% di tahun 2024. ROE ini turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di tahun sebelumnya, ROE AMRT sebesar 23,52%. Mungkin hal inilah yang menyebabkan harga saham AMRT turun terus. Tapi, dengan harga sekitar Rp2.210 per lembar saham (saat artikel ini ditulis), jumlah saham beredar sebanyak 41,5 miliar lembar dan dengan jumlah ekuitas (setelah dikurangi kepentingan non pengendali) sebesar Rp17,5 tiriliun, AMRT memiliki PBV sebesar 5,6 kali. Yup, masih mahal dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Akan tetapi, jika kita melihat aspek lainnya, PBV tersebut masih cukup murah. Aspek lainnya yang saya maksud di sini adalah nama besar dan prospek perkembangan kedepannya. AMRT memiliki nama besar yang sudah terkenal (banget). Sabun habis, langsung ke Alfamart. Beras habis, belanjanya di Alfamart juga. Selain nama besar, Alfamart juga masih punya prospek untuk berkembang. Menurut laporan tahunan 2023, Alfamart baru ada di 29 provinsi di Indonesia, dan terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Masih ada 9 provinsi yang belum ‘dijamah’ oleh Alfamart.

Disamping dua hal itu, hal menarik lainnya dari AMRT adalah sekitar 70% penjualan di tahun 2024 diperoleh dari hasil penjualan makanan. Sebagai manusia, dalam berbagai kondisi tentu kita perlu makan, dan dengan meningkatnya populasi manusia di Indonesia, maka penjualan makanan yang dilakukan AMRT bisa saja meningkat. Data tentang penjualan AMRT tahun 2024 bisa dilihat pada gambar berikut (diambil dari laporan keuangan tahun 2024):


Soo, what is the bottom line? Menurut saya, di tengah gonjang-ganjing perekonomian dunia, AMRT layak dipinang untuk investasi jangka panjang. Mengapa? Karena (1) model bisnisnya sederhana, mirip seperti toko kelontong (dan hampir tidak ada kaitannya dengan kegiatan ekspor), (2) masih ada peluang ekspansi, (3) keuangannya lumayan bagus, (4) punya brand yang kuat, dan (5) manajemennya normal-normal saja (saya belum pernah dengar kasus hukum yang melibatkan Alfamart). Tapi, karena sekarang sudah mendekati musim laporan Q1 2025, maka sebaiknya kita menunggu laporan Q1 2025 itu.

Disclaimer: Keputusan investasi bergantung pada masing-masing individu dan institusi. Penulis tidak bertanggung jawab atas dampak yang mungkin timbul akibat tulisan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)