Menganalisis Prospek AVIA di Bursa Efek Indonesia
Ada banyak saham yang bisa dipilih dengan menggunakan budget yang terbatas. Biasanya yang memiliki budget terbatas ini adalah pemula yang baru mencoba berinvestasi di saham. Salah satu emiten yang sahamnya bisa menjadi pilihan untuk dipinang adalah AVIA. Familiar dengan nama ini? Yup, AVIA adalah salah satu produsen cat di Indonesia.
PT Avia Avian Tbk. yang melantai dengan kode saham AVIA di Bursa Efek Indonesia berdiri tahun 1978. Perusahaan yang didirikan oleh Bapak Soetikno Tanoko ini awalnya berfokus pada produksi cat kayu dan besi. Di tahun 1981 AVIA meluncurkan produk cat tembok dengan nama Avitex. Lalu di tahun 1987 perusahaan membeli tanah sebesar 60.000 meter persegi di daerah Sidoarjo untuk membangun fasilitas manufaktur dan gudang penyimpanan. Menariknya, di tahun 1992 perusahaan mendirikan pabrik kaleng logam untuk mengatasi kekurangan kaleng. Jadi perusahaan juga membuat kaleng catnya sendiri. AVIA mendirikan pabrik kedua di Serang, Jawa Barat pada tahun 1996. Hingga di tahun 2024, perusahaan memiliki dua fasilitas produksi, yaitu di Sidoarjo dan Serang. Produk yang ditawarkan AVIA dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok solusi arsitektur dan produk dagangan. Produk dagangan meliputi pipa dan homecare, seperti kuas dan masking tape. Sedangkan solusi arsitektur ini termasuk cat, lem, dan pelapis anti bocor terkenal mereka, yaitu NoDrop. AVIA sendiri juga memiliki banyak saluran distribusi. Berdasarkan presentasi Public Expose perusahaan tahun 2024, perusahaan memiliki 124 pusat distribusi yang dimiliki sendiri dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
AVIA pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia tahun 2021, lebih tepatnya tanggal 8 Desember 2021 dengan harga penawaran Rp930 per lembar saham. Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 6,2 milyar lembar saham. Setelah sekian tahun berlalu, harga saham AVIA justru menurun. Per tanggal 27 Maret 2025, harga sahamnya ditutup Rp406 per lembar saham, atau turun sekitar 56,3%. Penurunan ini menarik, karena membuat perusahaan menjadi menarik secara valuasi. Dengan harga saham sebesar Rp406 per lembar, perusahaan memiliki PBV sebesar 2,2 kali. Terlebih rasio profitabilitas AVIA yang dapat dihitung dengan menggunakan Return On Equity (ROE) naik dari tahun 2022-2024 (lihat gambar). Berdasarkan laporan keuangan tahun 2024, perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp1,664 triliun. Jika dibandingkan dengan ekuitasnya sebesar Rp9,625 triliun (setelah dikurangi kepentingan non pengendali), maka AVIA memiliki ROE sebesar 17,29%.
![]() |
| ROE AVIA (klik untuk memperbesar) |
AVIA semakin menarik karena dia punya brand yang kuat. Rasanya hampir semua orang di Indonesia tahu NoDrop, sekalipun mereka tidak bekerja di bidang konstruksi. AVIA juga diisi oleh orang-orang yang cukup terkenal dan memiliki track record yang bagus. Sebut saja Bapak Wijono Tanoko yang menjadi direktur utama, dan Bapak Hermanto Tanoko selaku komisaris utama.
Lalu bagaimana? Mmm, menurut saya sahamnya layak untuk dikoleksi dalam jangka waktu yang agak panjang, karena AVIA memiliki rasio profitabilitas yang cukup bagus, merek yang cukup kuat dan terkenal (siapa yang tidak pernah dengar nama NoDrop?), dan PBV yang cukup menarik. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa di tahun 2024 jumlah utang atau liabilitas perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp183 miliar dari jumlah utang di tahun 2023 (atau naik sebesar 15%). Untuk lebih amannya, ada baiknya kita menunggu rilis laporan Q1 2025. Jika liabilitasnya tidak naik lagi, AVIA menurut saya bisa dikoleksi. Pertanyaan selanjutnya, apakah akan menjadi multibagger? Kita tunggu saja beberapa waktu yang akan datang



Komentar
Posting Komentar