Berkenalan dengan Matching Principle dalam Akuntansi

Saya sempat membahas prinsip akrual dan kesatuan unit usaha (business entity) dalam dua posting sebelumnya. Kali ini saya akan membahas prinsip matching principle. Prinsip ini sering dikenal dengan sebutan prinsip mempertemukan (atau prinsip pencocokkan) dan memainkan peranan yang cukup penting dalam akuntansi. Matching principle menekankan bahwa pendapatan yang muncul harus dipertemukan dengan beban yang muncul guna menghasilkan pendapatan tersebut.

Jika penjelasan sebelumnya terasa rumit, coba saya jelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana. Perusahaan pada umumnya didirikan untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Untuk menghasilkan keuntungan, perusahaan umumnya melakukan beberapa kegiatan seperti menjual barang atau jasa. Kegiatan menjual barang atau jasa itu tentunya didukung oleh pegawai yang ada di perusahaan itu. Sebelum menjual barang atau jasa, perusahaan tentu perlu menyiapkan barang atau jasa tersebut, entah itu dengan membeli dari pihak lain, atau membuat barang atau jasa itu sendiri. Untuk menyiapkan barang dan jasa ini tentu perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang. Perusahaan juga harus membayar pegawai yang mereka pekerjakan di perusahaan. Di sisi lain, perusahaan menerima uang dari penjualan barang maupun jasa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat memperoleh uang dari penjualan barang atau jasa

Uang atau aset yang dikeluarkan perusahaan agar bisa menjual barang maupun jasa disebut dengan beban. Ketika perusahaan menjual barang atau jasa, perusahaan menerima uang atau aset. Uang atau aset yang diterima saat menjual barang atau jasa ini disebut dengan pendapatan. Pendapatan dikurangi dengan beban untuk mengetahui apakah perusahaan untung atau rugi. Jika pendapatan lebih besar daripada beban, maka perusahaan disebut untung, sebaliknya perusahaan disebut rugi. 

Lalu, coba perhatikan contoh berikut. Misalnya di tahun 2021 sebuah toko berhasil melakukan penjualan senilai Rp1 miliar. Barang yang dijual dengan total Rp1 miliar itu dibeli dari supplier dengan harga Rp450 juta. Lalu di tahun 2021 perusahaan membayar beban-beban (beban gaji, beban transportasi, dan beban lainnya) senilai Rp300 juta. Perusahaan juga ada membayar sewa gedung senilai Rp700 juta, tapi gedungnya baru bisa dipakai di bulan Januari 2022. Laba yang diperoleh perusahaan adalah Rp1 miliar – Rp300 juta – Rp450 juta = Rp250 juta. 

Kenapa sewa gedungnya tidak digunakan sebagai pengurang? Pengurangan pendapatan dengan beban tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Pendapatan harus dikurangi dengan beban yang benar-benar membantu timbulnya pendapatan itu. Jika dicermati lebih jauh, gedung yang disewa baru bisa dipakai tahun 2022. Di tahun 2021, gedung itu belum bisa dipakai, jadi ngga ada kaitannya dengan penjualan sebesar Rp1 miliar itu. Maka dari itu, sewa gedung senilai Rp700 juta tidak bisa dipakai sebagai pengurang di tahun 2021, melainkan di tahun 2022 nanti. Inilah salah satu contoh penerapan matching principle.

Kesalahan penggunaan prinsip ini dapat mengakibatkan kesalahan pelaporan laba. perusahaan yang rugi dapat terlihat untung, dan perusahaan yang untung dapat terlihat merugi. Misalnya akuntan di toko itu melanggar prinsip ini dan memasukkan sewa gedung sebesar Rp700 juta itu. Praktis laba yang diperoleh perusahaan akan sebesar Rp1 miliar – Rp300 juta – Rp450 juta – Rp700 juta = -Rp450 juta. Perhatikan, ada tanda negatif di depan angka Rp450 juta, artinya perusahaan mengalami kerugian, berbalik dari kondisi awal di mana perusahaan mengalami keuntungan. 

Karena prinsip ini cukup penting dan berakibat fatal jika terlewat, maka seorang akuntan harus hati-hati. Akuntan harus memastikan apakah semua beban dan pembayaran yang ada harus dijadikan pengurang pendapatan, atau tidak. Beban seperti sewa gedung di paragraf sebelumnya tidak boleh dianggap sebagai beban saat ini, melainkan dianggap sebagai beban dibayar dimuka. Penjelasan tentang beban dibayar di muka akan saya bahas di artikel selanjutnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)