Menganalisis Prospek Saham Bluebird (BIRD) di Bursa Efek Indonesia
Naik taksi online sudah menjadi hal yang jamak bagi masyarakat indonesia. Tapi dulu, sebelum ada taksi online, masyarakat Indonesia terbiasa menggunakan taksi konvensional. Salah satu perusahaan taksi konvensional yang masih terkenal saat ini adalah PT Blue Bird Tbk. Salah satu bisnis perusahaan ini adalah bisnis jasa transportasi taksi dengan brand Bluebird. Dulu brand ini ditulis Blue Bird, tapi sekarang ditulis tanpa spasi, alias Bluebird.
Menurut informasi dari laporan tahunan perusahaan, PT Blue Bird Tbk (dengan kode ticker BIRD) didirikan pada tanggal 29 Maret 2001. Tetapi operasional perusahaan sudah dimulai dari tahun 1960-an. Kala itu Blue Bird dimulai dari dua buah mobil dan dioperasikan oleh keluarga Djokosoetono. Dulunya taksi ini bernama Chandra Taxi. Perusahaan baru memperoleh izin resmi dari pemerintah pada tahun 1972. Di tahun ini barulah nama Blue Bird muncul. Chandra Taxi lalu berganti nama menjadi Silver Bird. Hingga kini perusahaan sudah melayani berbagai daerah mulai dari area Jabodetabek, Bali, Bandung, Batam, Cilegon, Lombok, Manado, Medan, Padang, Pekanbaru, dan beberapa daerah lainnya.
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, BIRD bergerak dalam usaha angkutan darat dan aktivitas penunjang angkutan. Perusahaan memiliki beberapa brand layanan transportasi. Pertama, ada layanan taksi Bluebird yang terkenal, dan ada pula layanan Silverbird sebagai layanan taksi yang lebih premium. Untuk transportasi bus ada Goldenbird dan Bigbird. Perusahaan juga memiliki layanan shuttle bus dengan nama Cititrans. Selain menyediakan jasa transportasi penumpang, Bluebird juga menyediakan layanan sewa kendaraan (atau rental mobil), layanan pengiriman barang, dan layanan untuk lelang kendaraan. Perusahaan juga menggunakan berbagai layanan digital untuk menunjang bisnis mereka.
![]() |
| Logo Bluebird |
Lalu bagaimana dengan aspek keuangannya? Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun 2024, 70% pendapatan perusahaan bersumber dari jasa taksi Bluebird, sedangkan 30% sisanya bersumber dari lini bisnis lainnya. Di tiga bulan pertama tahun 2025 perusahaan memperoleh laba sebesar Rp165 miliar. Jumlah ini jika disetahunkan (dikali 4, karena dalam satu tahun ada 12 bulan) sama dengan Rp661 miliar. Jumlah ini lebih besar daripada perolehan laba tahun 2024 yang sebesar Rp585,1 miliar. Jika laba disetahunkan sebesar Rp661 miliar ini dibandingkan dengan ekuitas BIRD sebesar Rp6.046 miliar, maka diperoleh ROE sebesar 10,74%. Angka ini cukup menarik, meningat di tahun 2020 ROE BIRD bernilai negatif. Yup pada tahun 2020 ada pandemi, sehingga orang jarang keluar rumah. Akibatnya pengguna taksi berkurang, dan berpengaruh terhadap laba BIRD hingga akhirnya merugi. Di kuartal 1 2025 ini arus kas BIRD bernilai negatif. Tapi saya rasa hal ini wajar dikarenakan perusahaan melakukan perolehan aset tetap sejumlah Rp520 miliar. Pada laporan keuangan tidak dirinci penggunaan uang ini untuk membeli aset tetap jenis apa, tapi kemungkinan besar digunakan untuk memperoleh kendaraan. Tentu aset tetap ini berpeluang besar menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Terlepas dari arus kas perusahaan yang bernilai negatif di kuartal 1 2025, ada hal yang cukup menarik dari perusahaan ini, yaitu valuasinya. BIRD memiliki 2.502.100.000 lembar saham yang beredar. Jika ekuitas BIRD sebesar Rp6.046 miliar dibagi dengan jumlah saham yang beredar, maka selembar saham BIRD akan memiliki nilai Rp2.416. Sedangkan harga pasar selembar saham BIRD saat artikel ini ditulis adalah Rp1.935. Artinya, BIRD memiliki PBV sebesar 0,8 kali, alias cukup murah untuk perusahaan dengan brand sekuat Bluebird.
Kesimpulannya? Setelah empat tahun pandemi berlalu, kinerja BIRD mengalami perubahan positif yang cukup signifikan (walaupun lambat). BIRD cukup memiliki prospek yang cerah jika ditinjau dari kondisi keuangan dan kondisi saat ini. Manajemennya pun tidak pernah terdengar melakukan hal yang neko-neko. Betul ada ojek online yang mengancam mereka, tapi dengan transformasi online, brand yang kuat, dan pelayanan yang berkualitas (tidak pernah ada cerita sopir Bluebird yang maki-maki penumpang, beda cerita dengan ojek online), BIRD rasa-rasanya mampu bersaing.
.jpg)
Komentar
Posting Komentar