Prospek Saham PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) di Bursa Efek Indonesia

Ada banyak perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Beberapa perusahaan itu bisa kita temui produknya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan beberapa lainnya tidak bersentuhan langsung dengan kita. Salah satu perusahaan yang tidak bersentuhan langsung dengan kita adalah PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. dengan kode saham IPCC. Perusahaan ini bergerak dalam bidang terminal kendaraan di pelabuhan dan bongkar muat kendaraan. 

Logo PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC)
Logo PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC)

Sebelum bernama PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk., IPCC adalah Strategic Business Unit (SBU) dari salah satu BUMN, yaitu PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau yang juga disebut dengan Pelindo II. Nama SBU-nya adalah Tanjung Priok Car Terminal (TPT) dan 100% dikelola oleh Pelindo II. TPT mulai beroperasi tanggal 28 November 2007 untuk menunjang kegiatan ekspor impor kendaraan dan kargo. Tanggal 5 November 2012 TPT resmi menjadi entitas mandiri dengan nama PT Indonesia Kendaraan Terminal dengan fokus menyediakan layanan terminal kendaraan. Lanjut di tanggal 9 Juli 2018, perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode IPCC.

Bisnis utama perusahaan adalah penyediaan usaha bongkar muat kargo dari atau menuju kapal. Merujuk pada laporan tahunan 2024, ada dua layanan utama yang ditawarkan IPCC, yaitu Terminal Handling dan Value Added Services. Terminal Handling meliputi pemindahan kargo dari pelabuhan ke kapal (Stevedoring), pemindahan barang di lingkungan pelabuhan (Cargodoring), penerimaan barang (Receiving), dan pengantaran barang (Delivery). Value Added Services meliputi Car Processing Center, Equipment Processing Center, Road Freight Services, dan Port Stock.  Barang yang di-handlng oleh IPCC meliputi alat berat (termasuk alat-alat untuk tambang), bus/truck, mobil, dan barang kargo lainnya. Pengguna jasa IPCC cukup banyak. Salah satu dari sekian banyak pengguna jasa IPCC adalah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Yup, dari namanya sudah terlihat bahwa perusahaan ini merakit mobil-mobil dengan brand Toyota. Untuk saat ini saham IPCC (sebanyak 71,28%) mayoritas dipegang oleh PT Pelindo Multi Terminal. PT Pelindo Multi Terminal adalah anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero), sebuah BUMN yang kerap disingkat Pelindo. Well, jadi dapat disimpulkan bahwa IPCC ini dikuasai oleh BUMN, walaupun jalur pengendaliannya agak panjang.  

Bagaimana dengan keuangannya? IPCC memiliki kinerja keuangan yang positif dan cenderung meningkat. Berdasarkan laporan keuangan kuartal 1 (tiga bulan pertama atau Q1) 2025 yang sudah dirilis, IPCC mencatatkan laba sebesar Rp51,1 miliar. Jika disetahunkan atau dikali empat jadi sebesar Rp204,6 miliar. Ini sedikit menurun dibandingkan dengan laba di kuartal 4 (Q4) 2024 sebesar Rp212,6 miliar. Ekuitas IPCC per Q1 2025 adalah sebesar Rp1.328,3 miliar, sehingga diperoleh ROE disetahunkan IPCC sebesar 15,41%. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2025 jumlah saham beredar IPCC sebanyak 1.818.384.820 lembar. Berdasarkan data tersebut diperoleh besarnya book value (disingkat BV, diperoleh dari membagi ekuitas dengan lembar saham beredar) IPCC adalah sebesar Rp730. Artinya nilai selembar saham IPCC adalah Rp730. Saat artikel ini ditulis, harga pasar saham IPCC adalah Rp1.020 per lembar saham. Price to book value (PBV) IPCC jadi berkisar antara 1,39x. Tentu dengan ROE sebesar 15,41%, IPCC masuk kategori yang relatif murah dan layak untuk digunakan untuk berinvestasi. Ringkasan keuangan IPCC dapat dilihat dalam tabel berikut:

Ringkasan Analisis Finansial PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC). Klik untuk memperbesar
Ringkasan Analisis Finansial PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC). Klik untuk memperbesar

At the bottom line? Sahamnya cukup menarik menurut saya. Selain karena kinerja keuangannya yang bagus dan manajemen yang tidak neko-neko, pembayaran dividennya pun lumayan besar. Earnings per share IPCC untuk Q4 2023 adalah sebesar Rp104,95. Berdasarkan RUPS di tahun 2024, disepakati bahwa dividen yang dibayarkan IPCC adalah sebesar Rp83,97 per lembar saham. Artinya rasio pembagian dividen IPCC (dividen payout ratio) adalah sebesar Rp83,97/Rp104,95 = 80%. Ini juga berarti setiap Rp1.000 laba bersih IPCC, sebesar Rp800 dibagikan kepada investor sebagai dividen. Ketiga, impor ekspor kendaraan (khususnya kendaraan listrik) yang cenderung meningkat. Terakhir, Toyota sebagai brand mobil yang paling banyak mengekspor mobil dari Indonesia, menggunakan jasa IPCC. Tentu dengan semakin banyaknya ekspor mobil-mobil Toyota akan semakin meningkatkan pendapatan IPCC. Satu-satunya hal yang mungkin perlu diwaspadai untuk saat ini adalah perang dagang akibat kenaikan tarif impor di berbagai negara.

Disclaimer: Sama seperti analisis saya yang lain, tulisan ini bukanlah sebuah rekomendasi. Tanggung jawab pembelian saham tetap ada pada investor berikut dengan risiko yang mungkin timbul.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)