Menganalisis Saham PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) di Bursa Efek Indonesia

Banyak orang di Indonesia memiliki (atau minimal pernah menggunakan) kendaraan bermotor. Sepeda motor dan mobil sudah banyak ditemui di jalanan. Kendaraan bermotor yang lalu-lalang di jalanan Indonesia jenisnya berbeda-beda. Namun mayoritas (jika tidak semua) kendaraan tersebut memiliki kesamaan, yaitu menggunakan ban berbahan dasar karet. 

Ada banyak produsen ban kendaraan bermotor di Indonesia. Salah satunya akan dibahas dalam tulisan ini. Produsen ban karet yang akan dibahas ini sudah mengekspor produknya ke luar negeri, memasok ban produksi mereka ke pabrik kendaraan terkenal di Indonesia (diantaranya Daihatsu dan Hino), serta memiliki kinerja keuangan yang cukup bagus. Apa nama perusahaannya? PT Gajah Tunggal Tbk. dengan kode saham GJTL.

Sedikit sejarah mengenai PT Gajah Tunggal Tbk. Perusahaan didirikan pada tahun 1951 untuk memproduksi dan menjual ban sepeda. Perusahaan saat itu memproduksi ban dalam dan ban luar sepeda. Di tahun 1971 perusahaan membuat persetujuan bantuan teknik dengan Inoue Rubber Company dari Jepang, sehingga perusahaan bisa memproduksi ban sepeda motor. Lalu berselang 30 tahun kemudian, di tahun 1981 perusahaan mulai memproduksi ban untuk kendaraan niaga dan umpingang dengan bantuan dari Yokohama Company (yang juga berasal dari Jepang). Lanjut ke tahun 1990, perusahaan akhirnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (saat itu masih Bernama Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). Perusahaan juga melakukan akuisisi. Diantaranya di tahun 1991 perusahan mengakuisisi GT Petrochem Industries yang memproduksi komponen ban. Lalu di tahun 1995 perusahaan mengakuisisi Langgeng Baja Pratama, perusahaan yang memproduksi kawat baja. Seperti yang sudah ditulis di paragraf sebelumnya, GJTL juga melakukan mengekspor ban yang mereka produksi. Di tahun 2004 GJTL menandatangani perjanjian dengan Michelin, sebuah produsen ban internasional), dan mulai memproduksi ban Michelin untuk pasar ekspor. Berlanjut di tahun 2010, perusahaan meluncurkan produk ban ramah lingkungan dengan brand Champiro Eco. Lalu di tahun 2016 perusahaan mendirikan perusahaan patungan dengan Inoue Ruber Company untuk memproduksi ban sepeda motor peforma tinggi. Perusahaan berlanjut mengembangkan lini produknya dengan memproduksi ban dengan brand GITI PCR di tahun 2024.

GJTL sendiri memiliki berbagai brand ban. Mungkin salah satu brand ban produksi GJTL terpasang di mobil atau motor Anda. Ada brand GT Radial yang dikhususkan untuk kendaraan penumpang dan niaga kecil (atau pick up). Perusahaan memproduksi ban dengan merek Giti dan dikhususkan untuk kendaraan besar (truk dan bus). Brand lainnya adalah Gajah Tunggal, dimana ban dengan brand ini ditujukan untuk berbagai kendaraan (termasuk kendaraan perkebunan dan tambang). Untuk pangsa pasar sepeda motor sendiri, GJTL memproduksi ban dengan mereka IRC dan Zeneos. Guna memproduksi ban-ban tersebut, perusahaan memiliki fasilitas produksi di Tangerang, Banten, dan Jawa Barat.

Produk-produk GJTL (klik gambar untuk memperbesar)

Lalu untuk manajemennya bagaimana? Untuk manajemen puncak perusahaan, presiden direktur diisi oleh Sugeng Rahardjo. Sedangkan presiden komisaris independent sendiri diisi oleh Sutanto. Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, beliau-beliau sudah cukup lama bekerja di GJTL. Tidak ada track record negatif yang penulis temukan sehubungan dengan beliau.

Lalu bagaimana dengan keuangannya? Keuangan GJTL cukup menarik. Berdasarkan data laporan keuangan tiga bulan pertama (atau kuartal pertama, atau Q1) 2025, GJTL menghasilkan laba sebesar Rp353,347 miliar (setara dengan Rp1,413 triliun jika disetahunkan atau dikali empat). Ekuitas GJTL di periode yang sama tercatat sebesar Rp9,830 triliun. Sehingga diperoleh return on equity (ROE) GJTL untuk periode Q1 2025 sebesar 14,38%. Cukup besar. Menariknya lagi, perusahaan saat ini memiliki 3.484.800 lembar saham beredar, sehingga book value (BV) selembar saham GJTL adalah Rp2.820. Saat artikel ini ditulis, GJTL ada di harga Rp1.115 per lembar saham. Artinya price to book value (PBV) GJTL adalah Rp1.115/Rp2.820 = 0,39 kali. Ini cukup murah untuk perusahaan sebesar dan sekelas GJTL. Analisis keuangan ringkasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis kondisi keuangan GJTL. Perhatikan, di tahun 2022 perusahaan menderita kerugian (klik gambar untuk memperbesar)

Kesimpulannya? GJTL, yang juga saat artikel ini ditulis sebagian sahamnya masih dipegang oleh Lo Kheng Hong, bisa dijadikan salah satu pilihan untuk berinvestasi. Namun ada beberapa hal yang perlu dicatat. Pertama, GJTL jarang membagikan dividen. Kedua, meskipun harga GJTL cukup murah ditinjau dengan menggunakan analisisi PBV, GJTL cenderung tidak pernah naik mencapai harga Rp2.000-an per lembar saham beberapa tahun terakhir. Ketiga, arus kas GJTL tidak konsisten (selama lima tahun terakhir kadang negatif, kadang positif karena aktivitas investasi dan pendanaan). Keempat, GJTL pernah merugi di tahun 2022. Terakhir, GJTL juga beroperasi secara internasional (termasuk juga punya hutang dalam mata uang asing), sehingga fluktuasi kondisi ekonomi internasional (misalnya perubahan kurs atau perang dagang) dapat mempengaruhi kondisi keuangan GJTL.

Disclaimer: Tulisan ini bukanlah ajakan untuk membeli saham GJTL. Keputusan investasi termasuk untung-rugi yang muncul menjadi tanggung jawab investor yang bersangkutan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)