Analisis Saham PT Central Proteina Prima Tbk. (CPRO)

Biasanya perusahaan dengan ROE yang cukup tinggi dan punya merek dagang yang cukup terkenal akan memiliki harga saham yang tinggi pula. Namun saya mendapati sebuah emiten di Bursa Efek Indonesia memilliki ROE yang cukup bagus, dengan merek yang terkenal, dan harga sahamnya cukup rendah. Emiten itu bernama PT Central Proteina Prima Tbk. dengan kode saham CPRO.

PT Central Proteina Prima Tbk. didirikan pada tanggal 30 April 1980. Berselang sepuluh tahun kemudian, saham perusahaan ditawarkan secara perdana kepada public. Lalu pada tahun 2004, perusahaan mengajukan permohonan delisting atau penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia. Artinya saham perusahaan tidak bisa lagi diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Lalu setelah berselang dua tahun, pada tahun 2006 perusahaan kembali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat artikel ini ditulis, pemegang saham yang menjadi pengendali perusahaan adalah Keluarga Jiaravanon melalui PT Central Pangan Prima. Keluarga Jiaravanon juga menjadi pengendali perusahaan lain di Indonesia, yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (kode sahamnya CPIN). CPIN ini bergerak di bidang yang hampir mirip dengan PT Central Proteina Prima Tbk. Untuk yang belum tahu tentang Keluarga Jiaravanon, keluarga ini adalah konglomerat dari Thailand. Info perihal keluarga ini bisa dilihat di sumber Wikipedia berikut.

Lalu, siapa yang menjadi pimpinan tertinggi perusahaan? Posisi komisaris utama diisi oleh Bapak Hardian Purawimala Widjonarko. Sedangkan posisi direktur utama diisi oleh Bapak Hendri Laiman. Sejauh penelusuran yang saya lakukan, petinggi-petinggi perusahaan tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak wajar.

Lalu apa saja produk yang diproduksi oleh CPRO? Ada banyak produk yang diproduksi oleh CPRO dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok produk pakan hewan (dengan beberapa brand seperti Takari untuk pakan ikan dan Me-O untuk pakan kucing), produk makanan (pernah dengar makanan beku dengan nama Fiesta Seafood?), dan kelompok bibit udang dan ikan. Produk yang dijual oleh CPRO diproduksi di fasilitas perusahaan yang ada di pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

Produk-produk yang diproduksi dan dijual oleh PT Central Proteina Prima Tbk.
Beberapa produk yang diproduksi dan dijual oleh CPRO (klik gambar untuk memperbesar)

Dari manajemen sudah, dan dari produk juga sudah. Lalu bagaimana dengan keuangannya? Per laporan tiga bulan pertama 2025 (atau triwulan 1, atau kuartal 1), CPRO mencatatkan laba yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp159,9 miliar. Jika disetahunkan atau dikali empat, maka laba tersebut setara dengan Rp639,9 miliar. CPRO memiliki ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp3,726 triliun. Berdasarkan data tersebut maka ROE CPRO adalah sebesar 17,17%. Saat artikel ini ditulis, CPRO memiliki saham beredar sebanyak 59,5 miliar lembar. Book value selembar saham CPRO adalah Rp62,55. Sedangkan harga selembar sahamnya adalah Rp51. Artinya, PBV CPRO adalah 0,81x, cukup murah karena masih di bawah 1. Analisis ringkasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Analisis keuangan PT Central Proteina Prima Tbk.
Analisis keuangan CPRO (klik gambar untuk memperbesar)

Jika diperhatikan dengan jeli, pada tahun 2021 perusahaan memperoleh ROE sebesar 77%. Namun perlu diingat bahwa ROE tinggi itu diakibatkan oleh keuntungan yang timbul akibat CPRO melunasi utangnya lebih awal, jadi keuntungan itu bukan karena keuntungan operasionalnya.

The bottom line? Secara analisis sederhana mungkin CPRO layak untuk digunakan sebagai saham investasi. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perusahaan di masa lalu masih merugi (sebelum tahun 2018 perusahaan masih mencatatkan rugi, dan akumulasi kerugiannya masih ada di saldo laba ditahan yang masih negative), sehingga mungkin perusahaan tidak akan membagikan dividen dalam waktu dekat ini. Tapi mungkin dalam 2-3 tahun kedepan perusahaan bisa membagikan dividen jika mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (sehingga saldo laba ditahannya tidak negatif lagi).  Kedua, perusahaan punya utang lancer yang relatif tinggi, dan ketiga, sahamnya berharga Rp50-an, yang artinya cukup rentan untuk dimainkan oleh bandar. 

Disclaimer: Analisis ini bukan rekomendasi. Keuntungan maupun kerugian dari investasi saham menjadi tanggung jawab dari masing-masing investor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)