Analisis Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO)
Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia adalah industri obat-obatan. Di Indonesia kita mengenal berbagai jenis obat-obatan, salah satunya jamu. Jamu adalah salah satu obat tradisional yang mudah ditemui di Indonesia. Beberapa perusahaan mencoba untuk mengemas dan menjual jamu dengan kemasan yang lebih modern. Salah satu perusahaan tersebut adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).
Sejarah SIDO sendiri sebenarnya sudah bisa ditelusuri dari tahun 1950-an. Cikal bakal perusahaan bermula dari sebuah industri jamu rumahan bernama ‘Sido Muncul’ yang didirikan oleh Bapak dan Ibu Rakhmat Sulistio di Semarang. Kala itu perusahaan hanya memperkerjakan tiga orang karyawan. Produk andalan kala itu adalah jamu seduh untuk mencegah ‘masuk angin’. Jamu in dikems dengan merek dagang ‘Tolak Angin’. Di tahun 1953, anak ketujuh dari Bapak dan Ibu Rakhmat Sulistio, yaitu Ibu Desi Sulistio, ikut memberikan dukungan modal dan keahlian manajemen untuk mengembankan perusahaan. Sido Muncul lalu membuka pabrik di Semarang untuk meningkatkan kapasitas produksi. Perusahaan akhirnya berubah nama menjadi CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul pada tahun 1970. Berselang lima tahun kemudian, di tahun 1975, bentuk perusahaan berubah menjadi perseroan terbatas, dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Di tahun 1984 Sido Muncul memindahkan pabriknya ke Kawasan Industri Kecil di Kaligawe, Semarang. Sido Muncul juga mendirikan pabrik lainnya yang mulai beroperasi di tahun 2002 dan 2019.
Perusahaan tidak hanya meningkatkan kapasitas produksinya, namun juga melakukan inovasi dalam produk yang dihasilkan beserta metode pemasarannya. Di tahun 1992 Sido Muncul menghadirkan produk Tolak Angin dalam bentuk cair, yang tentunya lebih mudah dikonsumsi dibandingkan dengan bentuk seduh. Sido Muncul menjadi perusahaan yang pertama kali menerapkan teknologi jamu dalam bentuk cair di Indonesia. Metode pemasarannya pun cukup kreatif, di mana Sido Muncul menyematkan sebuah slogan untuk Tolak Angin. Yup, Anda pasti pernah mendengar slogan ‘Orang Pintar Minum Tolak Angin’.
Manajemen Sido Muncul sendiri diisi oleh Bapak Jonatha Sofjan Hidajat selaku komisaris utama. Untuk posisi direktur utama diisi oleh Bapak David Hidayat. Menurut penelusuran yang sudah saya lakukan, manajemen Sido Muncul termasuk manajemen baik-baik. Selain beliau-beliau yang sudah disebut, ada juga figur publik yang juga memangku jabatan di Sido Muncul. Siapa itu? Prof. Rhenald Kasali yang menjabat sebagai anggota Komite Nominasi dan Remunerasi. Rasa-rasanya Prof Rhenald Kasali tidak akan mau menjabat jika SIDO ini amburadul.
Lalu kita berlanjut ke produk. Apa saja produk yang diproduksi oleh SIDO? Selain Tolak Angin yang sudah disebutkan sebelumnya, Sido Muncul juga memproduksi KukuBima EnerG!, minyak virgin coconut oil (VCO), obat gangguan Esemag, dan beberapa suplemen lainnya. Produk-produk ini diekspor ke beberapa negara, seperti Malaysia, Filipina, dan Nigeria.
![]() |
| Salah satu produk Sido Muncul, yaitu Tolak Angin |
Bagaimna dengan keuangan SIDO? Keuangannya cukup bagus dengan ROE yang lumayan tinggi (di atas 20%). Berdasarkan laporan kuartal 1 (tiga bulan pertama, atau Q1) 2025, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp232,94 miliar, atau setara dengan Rp931,760 miliar jika disetahunkan (dikali empat). Ekuitas SIDO berdasarkan laporan tersebut adalah Rp3,709 triliun. Berdasarkan data tersebut, maka ROE SIDO adalah sebesar 25,12%. Selain itu, dengan jumlah saham beredar sebanyak 30 juta lembar, SIDO memiliki book value (BV) sebesar Rp123,66 per lembar saham. Jika dibandingkan dengan harga selembar sahamnya sebesar Rp510 (saat artikel ini ditulis), maka price to book value (PBV) SIDO adalah sebesar 4,12x. Data selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut:
![]() |
| Analisis keuangan Sido Muncul (klik gambar untuk memperbesar) |
Kesimpulannya, apakah saham SIDO layak digunakan untuk investasi? Menurut saya, sangat cocok. Selain karena manajemennya yang cukup bagus, track recordnya yang bersih, rajin membagikan dividen, dan punya brand yang kuat, SIDO juga memiliki kondisi keuangan yang bagus. Bahkan jika Anda membaca laporan keuangan SIDO untuk periode Q1 2025 secara spesifik, SIDO memiliki kas sebanyak Rp1,177 triliun, jauh lebih besar daripada jumlah total utangnya sebesar Rp388 miliar. Jarang ada perusahaan dengan kas melebihi jumlah utangnya. Tapi sebelum meminang SIDO, ada baiknya menunggu laporan keuangan Q2 2025-nya rilis dulu, guna mengetahui apakah ROE-nya turun lagi, atau sudah kembali naik.


Komentar
Posting Komentar