Analisis Saham GOTO: Apakah Sudah Waktunya Dibeli?
Saat akan IPO di tahun 2022 lalu, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) sering diberitakan di media masa. Kali ini saham GOTO ada di kisaran harga Rp50-Rp60 per lembar saham. Lalu dengan harga sekarang apakah saham GOTO sudah layak dipinang? Serta apakah perusahaan punya prospek yang cerah kedepannya?
Seperti biasa, sebelum membahas tentang fundamental sebuah perusahaan, saya akan membahas sejarah perusahaan terlebih dahulu. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. dulunya adalah perusahaan yang berbeda. Tokopedia sendiri adalah platform perdagangan online yang berdiri pada tahun 2009. Kala itu Tokopedia masih berupa platform perdagangan berbasis web (alias masih diakses dengan menggunakan browser seperti Chrome atau Firefox). Gojek sendiri mulai beroperasi pada tahun 2010. Pada tahun 2014, aplikasi Tokopedia diluncurkan. Berselang setahun kemudian, di tahun 2015 aplikasi Tokopedia mulai menawarkan produk digital. Pada tahun yang sama pula aplikasi Gojek diluncurkan. Dompet digital GoPay diluncurkan pada tahun 2016. Tokopedia pada tahun 2017 meluncurkan business to customer (B2C) official store di Tokopedia. Lalu pada tahun 2018 Tokopedia meluncurkan aplikasi Mitra Toopedia. Pada tahun yang sama, Gojek meluncurkan layanannya di Vietnam dan Singapura. Tiga tahun kemudian Gojek dan Tokopedia berkolaborasi (alias bergabung) untuk membentuk ekosistem digital terbesar di Indonesia. Karena kolaborasi ini, ada beberapa penggabungan fitur Tokopedia maupun Gojek. Lalu pada tahun 2022 perusahaan akhirnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Bagaimana dengan manajemennya? Untuk posisi Direktur Utama diisi oleh Bapak Sugito Walujo. Lalu posisi Komisaris Utama diisi oleh Bapak Agus Dermawan Wintarto Martowardojo yang dulu juga pernah menjabat posisi sebagai Menteri Keuangan Indonesia. Sejauh penelusuran yang saya lakukan di mesin pencari, manajemen perusahaan tidak pernah tercatat melakukan hal yang aneh-aneh maupun menyimpang.
Lalu bagaimana dengan produknya? Rasanya hampir semua orang tahu, produk utama GOTO ada dua. Pertama aplikasi ojek daring dengan nama GoJek, dan aplikasi marketplace dengan nama Tokopedia. Tapi per tahun 2024 Tokopedia sendiri tidak ada di bawah kendali GOTO, karena kepemilikan mayoritasnya sudah diambil alih oleh TikTok Pte. Ltd. Tapi GOTO masih memiliki kepemilikan di Tokopedia, walaupun bukan jadi pengendali lagi. Selain dua aplikasi tersebut, GOTO juga bergerak dalam bidang finansial. Beberapa layanan GOTO yang bergerak dalam bidang finansial adala GoPay, Midtrans, dan Moka (Moka adalah aplikasi POS, sejenis aplikasi kasir).
![]() |
| Gojek dan Tokopedia |
Lalu bagaimana dengan kondisi keuangannya? Berdasarkan laporan keuangan GOTO periode tiga bulan pertama 2025 (triwulan 1 atau kuartal 1), GOTO masih merugi sebesar Rp366 miliar. Jika disetahunkan (dikali empat) rugi tersebut setara dengan Rp1,2 triliun. Berdasarkan laporan yang sama, ekuitas GOTO menunjukkan angka sebesar Rp32,5 triliun. Tapi karena merugi, ROE GOTO otomatis negatif, dengan besar -3,48%. PBV-nya pun berkisar antara 2,2 kali, dengan book value selembar saham GOTO sebesar Rp27,34 per lembar saham. Oh, iya. Sekedar informasi, jumlah saham GOTO yang beredar adalah sebanyak 1,1 triliun lembar. Analisis keuangan ringkasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
![]() |
| Analisis keuangan GOTO (klik gambar untuk memperbesar) |
Lalu, jika perusahaannya merugi, kenapa artikel ini disusun? Membeli perusahaan yang merugi tentu menyalahi aturan value investing. Saya tidak ingin melanggar aturan value investing, namun ada potensi GOTO sedang memasuki masa turnaround atau membalikkan keadaan. Membalikkan keadaan di sini artinya perusahaan sedang ada dalam proses berbalik, dari yang awalnya merugi menjadi untung. Terlebih prospek perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi ini lumayan bagus (anak muda mana yang tidak menggunakan GoJek?).
Selain itu GOTO mampu mencatatkan kenaikan pendapatan bersih pada tahun 2024. Padahal pada tahun 2024 GOTO tidak lagi menjadi pengendali dari Tokopedia (yang artinya laporan keuangan Tokopedia tidak lagi dikonsolidasikan ke laporan keuangan GOTO, alias pendapatan Tokopedia tidak lagi dimasukkan atau ditampilkan di laporan laba rugi GOTO). Kenaikan pendapatan bersih ini juga didukung dengan penurunan beban-beban. Salah satu beban yang turun signifikan adalah beban penjualan dan pemasaran serta beban pengembangan produk. Pada laporan keuangan tahun 2024 terlihat ada penurunan beban tersebut sekitar 50% dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Selain itu, kita sebagai investor perlu memperhatikan ‘Akumulasi Rugi’ yang ada pada laporan posisi keuangan. Akun ini berisikan akumulasi (atau kumpulan) kerugian perusahaan selama perusahaan beroperasi. Jika perusahaan untung, GOTO perlu waktu untuk mengubah ‘Akumulasi Rugi’ ini menjadi ‘Saldo Laba Ditahan’ yang berisikan laba perusahaan. Biasanya setelah ‘Akumulasi Rugi’ hilang (artinya akumulasi ruginya sudah habis karena sudah ditambah terus dengan keuntungan atau laba setiap periodenya) barulah perusahaan akan membagikan dividen.
Tapi bukan berarti pembalikan kondisi tersebut menunjukkan sekarang saat yang tepat untuk membeli GOTO. Lebih tepatnya sekarang adalah saat yang tepat untuk memantau saham GOTO (istilah kerennya adalah memasukkan saham GOTO ke watchlist atau saham dalam pantauan). Jika ternyata saham GOTO mengalami perbaikan yang signifikan, ada baiknya dipantau terus samapi akumulasi ruginya berkurang (semakin kecil atau bahkan berubah menjadi ‘Saldo Laba Ditahan’).
Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan maupun rekomendasi untuk membeli saham GOTO. Keputusan berinvestasi, risiko, dan keuntungan yang muncul menjadi tanggung jawab masing-masing investor.


Komentar
Posting Komentar