Analisis Saham PT Formosa Ingredient Factory Tbk. (BOBA)

Dari judulnya saja bisa ditebak bahwa perusahaan yang sahamnya akan dibahas dalam artikel ini adalah produsen makanan dan minuman. Yup, PT Formosa Ingredient Factory Tbk dengan kode ticker saham BOBA adalah salah satu produsen makanan di Indonesia, dan kode sahamnya mirip dengan minuman boba yang sempat terkenal itu. Faktanya, salah satu produk BOBA adalah boba yang sering ada dalam minuman itu.

Seperti biasa artikel ini akan diawali dengan pembahasan sejarah dan sedikit profil perusahaan. BOBA didirikan pada tahun 2016, tepatnya pada tanggal 11 April 2016. Lalu pada tahun 2017 BOBA mulai memproduksi produk-produk seperti tapioca pearl, sauce, jelly, dan brown sugar syrup. Setahun kemudian perusahaan memperoleh sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Salah satu produk mereka yaitu Tapioca Pearl mulai diekspor ke Vietnam. Di tahun 2019 BOBA melebarkan pemasaran dengan mengekspor produk Tapioca Pearl ke Jepang, Filipina, Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. Filipina menjadi negara tujuan ekspor terbesar pada saat itu. Berlanjut pada tahun 2021 BOBA mulai memasarkan produknya ke perusahaan-perusahaan besarseperti Maxx Coffee dan McDonald’s. BOBA listing di Bursa Efek Indonesia lima tahun setelah didirikan, tepatnya pada tanggal 1 November 2021. Di tahun 2022 BOBA memperoleh kontrak kerjasama dengan PT Quaker Oat Indonesia. Kontrak ini kembali diperpanjang pada tahun 2024.

Saat artikel ini ditulis mayoritas saham perusahaan dipegang oleh Bapak Hengky Wijaya dengan besar kepemilikan 25,21%. Lalu ada PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk., sebuah perusahaan distribusi produk makanan, yang memegang 23,71% saham yang beredar. Di urutan ketiga ada Texture Maker Enterprise, Co.Ltd. yang memegang 14,95% saham beredar. Di uruta keempat ada Pei-Yi Liu Tammy Liu yang menguasai 7,2% dari saham BOBA yang beredar. Dari 1,155 miliar lembar saham BOBA, sekitar 11,25% dipegang oleh masyarakat (diluar manajemen) dengan kepemilikan kurang dari 5%.

Posisi komisaris utama BOBA sendiri dijabat oleh Ibu Paporn Mahattanobol, kewarganegaraan Thailand. Lalu untuk posisi direktur utama dijabat oleh Ibu Yunita Sugiarto EW. Well, sejauh penelusuran yang saya lakukan, manajemen perusahaan tidak pernah terlihat melakukan hal yang aneh-aneh (dan diberitakan di media massa). Jadi sejauh ini sepertinya aman-aman saja.

Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, BOBA bergerak dalam bidang produksi bahan makanan seperti tapioca pearl (tapioca pearl inilah yang juga disebut dengan boba), jelly topping, premium jams, brown sugar syrup, dan waffle premix powder. Well saya sendiri tidak terlalu familiar dengan nama-nama produknya. Tapi sebenarnya produk olahannya sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya sugar syrup sering digunakan sebagai topping minuman. Produk-produk BOBA diproduksi di dua fasilitas produksi, yaitu di Legok (Banten) dan Teluk Naga (Tangerang). Pelanggan produk mereka cukup banyak. Beberapa diantaranya ada KFC, HokBen, dan McDonald’s.

Boba atau tapioca pearl yang menjadi produk PT Formosa Ingredient Factory Tbk.
Salah satu produk PT Formosa Ingredient Factory Tbk. berupa tapioca pearl atau boba

Oke, jika dari sisi manajemen cukup aman dan produknya digunakan oleh beragam perusahaan besar, lalu bagaimana dengan kondisi keuangannya? Berdasarkan laporan keuangan terbaru, yaitu laporan keuangan kuartal 2 2025, selama enam bulan pertama di tahun 2025 ini BOBA berhasil memperoleh laba sebesar Rp8,2 miliar. Jika disetahunkan (karena setahun itu ada 12 bulan, jadi laba selama enam bulan ini dikali dua), maka BOBA berhasil memperoleh laba sebesar Rp16,4 miliar. Ekuitas BOBA untuk periode kuartal 2 2025 adalah sebesar Rp159 miliar. Sehingga didapatkan ROE disetahunkan BOBA sebesar 10,32%. Valuasinya? Dengan jumlah saham 1,155 miliar lembar, book value saham BOBA adalah sebesar Rp137,65 per lembar saham. Saat artikel ini ditulis, harga selembar saham BOBA adalah Rp180. Artinya PBV BOBA adalah sebesar 1,3 kali. Tidak terlalu murah, dan tidak terlalu mahal untuk perusahaan sekelas BOBA.

Analisis keuangan PT Formosa Ingredient Factory Tbk. dari tahun 2021-2025
Ringkasan analisis laporan keuangan BOBA (klik gambar untuk memperbesar)

The bottom line, apakah sahamnya layak untuk digunakan untuk investasi? Menurut saya layak, dan jika nantinya BOBA mampu meningkatka kinerja keuangan mereka, sahamnya berpotensi jadi multibagger. Tapi apakah peluangnya ada? Di situlah letak masalahnya karena tidak ada yang bisa menentukan secara pasti. BOBA pada laporan keuangan terbarunya (laporan keuangan kuartal 2 2025) menyebutkan bahwa ada tiga pelanggan dengan nilai penjualan bersih melebihi 10% (artinya BOBA jualan ke mereka, dan nilai penjualan bersih ke tiap-tiap perusahaan ini lebih dari 10%). Tiga pelanggan ini adalah PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk, PT Quaker Indonesia, dan PT Foods Beverages Indonesia. PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk adalah salah satu perusahaan yang juga memegang saham BOBA. PT Quaker Indonesia adalah perusahaan yang mendistribusikan oatmeal di Indonesia dengan nama Quaker Oats. Sedangkan PT Foods Beverages Indonesia adalah perusahaan yang memegang beberapa brand terkenal seperti Chatime dan 88seoul. Dari tiga pelanggan ini, potensi tumbuh mungkin ada di perusahaan yang disebutkan terakhir. Jika perusahaan ini mampu meningkatkan penjualan mereka (dan hubunga mereka dengan BOBA cukup bagus), ada potensi BOBA bisa meningkatkan penjualan mereka. Tapi tidak menutup kemungkinan juga dua perusahaan lainnya bertumbuh, dan alhasil berdampak pula pada peningkatan penjualan BOBA (pada akhirnya laba BOBA juga akan meningkat).

Disclaimer: Tulisan ini bukanlah rekomendasi untuk membeli saham BOBA. Keputusan untuk membeli saham dan keputusan investasi lainnya menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)