Membedah Prospek Mayora (MYOR) di Bursa Efek Indonesia
Industri yang cukup menarik di Indonesia adalah industri makanan dan minuman. Mengapa? Karena makan dan minum adalah kebutuhan primer manusia. Berbeda dengan kebutuhan tersier yang mudah berganti, kebutuhan makan dan minum cenderung tidak berganti. Hanya jenisnya saja yang berganti. Salah satu perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang bergerak dalam bidang produksi makanan adalah PT Mayora Indah.
PT Mayora Indah (dengan kode MYOR) didirikan pada tahun 1977. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1978. Di tahun 1990 perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia. Saat ini MYOR memiliki beberapa 14 pabrik. Sembilan pabrik berlokasi di Tangerang, tiga di Bekasi, satu di Pasuruan (Jawa Timur), dan satu pabrik lainnya di Filipina. MYOR memiliki kantor pusat di Jakarta.
Produk-produk yang diproduksi Mayora terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada biskuit (dengan brand Roma dan Slai O'Lai), kembang gula atau permen (dengan brand terkenalnya, yaitu Kopiko dan Kis), wafer (dengan brand beng-beng), coklat (Choki-choki), kopi (Torabika), dan makanan kesehatan (Energen). Hampir bisa dipastikan Anda akan sering melihat produk-produk MYOR dalam kehidupan sehari-hari. Produk-produk MYOR juga sudah dipasarkan di 5 benua dan mudah ditemui di berbagai tempat, salah satunya di Aflamart (sahamnya pernah saya analisis di sini). Melihat banyaknya produk yang diproduksi dan dijual MYOR, rasanya pesaing terberatnya adalah Unilever (UNVR).
![]() |
| Beberapa produk dari Mayora |
Ditinjau dari sisi keuangan, MYOR masih mencatatkan kinerja keuangan yang positif sampai dengan Q1 2025 (Q artinya quarterly atau kuartal). Perusahaan mencatatkan laba Q1 sebesar Rp689,4 miliar (atau sebesar Rp2,757 triliun jika disetahunkan atau dikali empat). Jika dibandingkan dengan ekuitasnya sebesar Rp17,5 triliun, MYOR memiliki ROE sebesar 15,74%. Agak turun dibandingkan dengan kinerja keuangan pada Q4 2024. Tapi turunnya tidak signifikan, dan ekuitasnya Q1 2025 juga naik dibandingkan dengan ekuitas di Q4 2024. Pada kuartal 1 2025 ini, perusahaan mencatatkan penurunan kas sebesar Rp955 miliar. Salah satu penyebab penurunan kas ini adalah pembayaran utang bank jangka pendek yang relatif besar. Apakah ini mengkhawatirkan? Tidak juga, karena MYOR masih memperoleh arus kas yang positif dari aktivitas operasi dan tidak ada penjualan aset yang relatif besar di periode Q1 2025. Singkatnya perusahaan bayar utang tidak dari hasil jualan aset.
Hal yang menarik dari MYOR ini adalah PBV-nya yang murah, tapi tidak terlalu murah. Saat artikel ini ditulis, harga saham MYOR berkisar antara Rp2.290 per lembar. Jumlah saham yang beredar sebanyak 22,358 miliar. Jika disandingkan dengan data ekuitas pada paragraf sebelumnya, diperoleh nilai PBV sebesar 2,9 kali. PBV 2,9 kali untuk perusahaan yang memiliki produk terkenal seperti MYOR masih dikatakan relatif murah. Apalagi jika dibandingkan dengan UNVR dengan PBV 20 kali, tentu jauh lebih murah.
So, bagaimana kesimpulannya? MYOR cocok untuk jadi pilihan investasi. Selain karena harganya yang relatif murah, kinerja keuangannya juga relatif bagus. MYOR juga punya banyak produk terkenal yang menjadi market leader di tiap-tiap sektornya. Ditinjau dari sisi manajemen, sejauh ini MYOR tidak pernah diberitakan melakukan hal yang aneh-aneh. Poin plus lainnya, MYOR relatif lebih aman dari aksi boikot produk-produk israel, karena menurut informasi yang disediakan oleh perusahaan, MYOR tidak memiliki afiliasi dengan Israel dan tidak berasal dari Israel. Ini berbeda dengan UNVR yang dianggap berafiliasi dengan Israel, sehingga sedikit banyak berpengaruh pada penjualan produk mereka.
Disclaimer: Tulisan ini adalah analisis penulis. Keputusan, keuntungan, dan kerugian investasi tetap menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

Komentar
Posting Komentar