Pengalaman Saya Menerima Saham Bonus CLEO (Part 1)
Saat artikel ini ditulis tanggal 26 Juni 2025, saya baru saja menerima saham bonus dari CLEO. Sebelum hari ini, saya tidak paham apa yang dimaksud dengan saham bonus. Beberapa referensi yang saya baca menyebutkan bahwa pembagian saham bonus mirip seperti peristiwa stock split. Misalnya saya pegang saham 10 lot dengan harga beli per lembar sahamnya Rp500. Lalu saham tersebut mengalami stock split dengan rasio new:old 2:1. Artinya 1 lembar saham lama dipecah menjadi dua lembar saham baru. Setelah stock split, maka saya memiliki 20 lot saham dengan harga beli per lembar sahamnya Rp250. Harga pasarnya pun juga dibagi dua. Jika sebelum stock split harga sahamnya Rp600 per lembar, setelah stock split harganya berubah menjadi Rp300. Sehingga dalam stock split tidak ada perubahan nilai. Total nilai rupiah saham yang saya miliki tetap Rp250 x 20 x 100 = Rp500.000. Tapi ternyata pembagian saham bonus berbeda dengan stock split.
Sesuai dengan namanya, saat pembagian saham bonus investor yang memegang saham akan memperoleh tambahan saham. Tapi berbeda dengan stock split di mana investor tidak mendapatkan tambahan kekayaan, pada pembagian saham bonus investor mendapatkan tambahan saham secara cuma-cuma atau gratis. Jadi seolah-olah investor membeli saham lagi, namun tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Yup, sesuai dengan namanya, saham bonus.
Lalu darimana perusahaan mendapatkan dana untuk mengeluarkan saham bonus? Mmm, ini agak teknis sedikit. Saat perusahaan menjual saham baru (baik itu saat IPO maupun pada aktivitas lainnya), biasanya perusahaan akan menerima sejumlah dana. Seringkali dana yang diterima lebih besar daripada nilai nominal sahamnya. Misalnya selembar saham dengan nominal Rp1.000 dijual Rp1.500, maka perusahaan menerima kelebihan dana sebesar Rp500 dari setiap saham baru yang dijual. Kelebihan ini dicatat dalam suatu akun bernama ‘Agio Saham’, dan masuk ke dalam kelompok ekuitas. Agio saham inilah yang digunakan untuk memberikan saham bonus pada investor.
Lalu, apakah saham bonus ini menguntungkan investor, atau justru merugikan? Jawabannya relatif. Bisa menguntungkan, namun bisa juga merugikan. Mengapa bisa begitu? Penjelasannya ada di paragraph berikut.
Sebelum saham bonus diberikan kepada investor, biasanya akan dilakukan penyesuaian harga saham di Bursa Efek Indonesia. Misalnya dalam pengalaman saya mendapat saham bonus CLEO, pada tanggal 5 Juni 2025 harga sahamnya tercatat Rp1.470 per lembar. Karena CLEO membagikan saham bonus dengan rasio 1:1 (artinya investor akan menerima 1 lembar saham bonus untuk 1 lembar saham yang sudah ia miliki), maka dilakukan penyesuaian harga saham di BEI. Perhitungan penyesuaian ini belum saya pahami secara utuh, namun penyesuaian ini mengakibatkan selembar saham CLEO di BEI disesuaikan menjadi Rp735 per lembarnya, dan harga ini mulai digunakan tanggal 10 Juni 2025. Alhasil saat bursa buka tanggal 10 Juni 2025, harga saham CLEO tercatat turun dari Rp1.470 menjadi Rp735 per lembar sahamnya. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi investor yang memegang saham CLEO pada harga Rp1.470 (atau bahkan Rp1.000) dan tidak paham tentang adanya saham bonus. Bisa-bisa mereka melakukan panic selling. Sepertinya hal itulah yang terjadi, karena setelah harga saham CLEO yang disesuaikan dicatat di BEI, harga saham CLEO turun hingga di kisaran Rp600-an per lembar. Sampai saat artikel ini ditulis, saham CLEO belum kembali ke harga Rp700-an per lembar saham.
Update 1 Juli 2025: Lanjutan dari posting ini sudah bisa dibaca di sini
Komentar
Posting Komentar