Menganalisis Prospek CLEO di Bursa Efek Indonesia
Dari judul artikel ini, sudah bisa ditebak bahwa perusahaan yang dibahas berjualan air minum. Yup, benar. Pada tulisan kali ini akan dibahas prospek saham PT Sariguna Primatirta Tbk., perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode ticker CLEO, dan memiliki beberapa merek dagang, salah satunya air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek Cleo.
PT Sariguna Primatirta Tbk. didirikan pada tanggal 10 Maret 1988 dengan nama PT Sari Guna. Selang beberapa bulan kemudian, pada tanggal 17 Desember 1988 perusahaan berubah nama menjadi PT Sariguna Primatirta. Di tahun 2003 perusahaan mengambil alih perusahaan AMDK dan minuman dengan merek Anda. Kemudian pada tahun 2004 perusahaan mendirikan pabrik pertamanya di Pandaan (Jawa Timur) dan barulah memproduksi air mineral dengan merek Cleo. Lalu di tahun 2017 perusahaan pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode ticker CLEO. Berdasarkan laporan tahunan 2024, CLEO memiliki 32 pabrik AMDK dan 381 cabang penjualan yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat dan bagian tengah.
Menurut informasi yang ada dalam laporan tahunan 2024, CLEO bergerak dalam bidang usaha produksi air minum dalam kemasan. Well, untuk yang ini rasanya sudah semua tahu ya. CLEO memproduksi beragam jenis AMDK, mulai dari kemasan kecil dengan ukuran bervariasi, mulai dari ukuran gelas 150 ml sampai ukuran galon 19 liter. Rincian produk CLEO dapat dilihat pada gambar berikut (klik untuk memperbesar).
![]() |
| Produk-produk yang ditawarkan oleh CLEO (klik untuk memperbesar) |
Manajemen CLEO diisi oleh orang-orang yang sejauh pengamatan saya aman dan tidak neko-neko. Ada Pak Hermanto Tanoko yang menduduki posisi komisaris utama. Posisi direktur utama diisi oleh Ibu Melisa Patricia, di mana Ibu Melisa Patricia ini adalah anak dari Pak Hermanto Tanoko. Pak Hermanto Tanoko dan Ibu Melisa Patricia juga memegang posisi di perusahaan lain, yaitu PT Avia Avian Tbk. (AVIA). Seperti yang pernah saya bahas di artikel sebelumnya, AVIA juga jadi salah satu perusahaan milik grup keluarga Tanoko. Jadi, untuk urusan manajemen sejauh ini aman-aman saja.
Berlanjut ke sisi keuangan, kondisi keuangan perusahaan relatif bagus. Laba perusahaan cenderung naik dari tahun 2020. Ekuitas yang bisa diatribusikan pada pemilik perusahaan juga naik dari yang awalnya Rp894,7 miliar pada tahun 2020 menjadi Rp1,929 triliun di tahun 2024. ROE perusahaan juga naik dari 15% di tahun 2020 menjadi 24,8% di tahun 2024. Alhasil harga sahamnya juga naik banyak, dari yang awalnya berkisar Rp420-Rp490 per lembar di tahun 2021, naik hingga sempat menyentuh Rp1.660 per lembar pada tanggal 19 Februari 2025.
![]() |
| Ringkasan data keuangan CLEO (klik untuk memperbesar) |
The bottom line? Apakah layak? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dengan harga saham Rp1.660 per lembar, jumlah lembar saham beredar 12 juta lembar, dan ekuitas yang bisa diatribusikan pada pemilik perusahaan sebanyak Rp1,929 triliun, PBV CLEO mencapai 10,6 kali, alias cukup mahal (lebih mahal daripada ADES yang sama-sama bergerak di usaha AMDK). Lalu, CLEO mencatat arus kas yang negatif di tahun 2024 karena perusahaan mengeluarkan uang guna perolehan aset tetap. Lalu, dari tahun ke tahun jumlah piutang pihak ketiga yang dimiliki CLEO juga mengalami peningkatan yang signifikan (dari yang awalnya Rp66,9 miliar menjadi Rp95,1 miliar, jumlah ini sudah dikurangi dengan perkiraan jumlah piutang yang macet/tidak dibayar). Terakhir, perusahaan belum merilis laporan keuangan Q1 2025, jadi jika ROE-nya turun, bisa saja harga sahamnya lebih murah lagi.
Disclaimer: Sama seperti tulisan-tulisan sebelumnya, tulisan ini bukanlah sebuah rekomendasi. Keputusan beli-jual (termasuk risiko yang ada) tetap ada di tangan investor


Komentar
Posting Komentar