Cara Membaca Laporan Arus Kas Perusahaan (Beserta Contoh Kasus)

Laporan keuangan perusahaan umumnya terdiri dari lima laporan. Laporan-laporan tersebut adalah laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas (disebut juga laporan perubahan modal), laporan posisi keuangan (kadang disebut juga dengan neraca), laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan arus kas adalah laporan yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Sesuai dengan namanya, laporan arus kas adalah laporan yang memuat informasi tentang arus kas perusahaan. Laporan ini juga menjelaskan, kenapa di awal tahun perusahaan punya kas sekian, dan di akhir tahun kas perusahaan bertambah atau berkurang sehingga menjadi sekian. Mungkin ada pertanyaan, apakah membaca laporan arus kas itu sulit? Sebenarnya tidak sulit, tetapi cara membacanya agak berbeda dengan laporan lainnya. Alasan lainnya adalah laporan arus kas berisikan informasi yang sifatnya cash basis, sedangkan laporan lainnya biasanya berisikan informasi akrual. Penjelasan tentang cash basis dan basis akrual dapat dibaca di sini.

Laporan arus kas umumnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Bagian 'arus kas dari aktivitas operasi' berisikan rincian uang yang perusahaan terima atau keluarkan untuk melakukan aktivitas operasional perusahaan. Jika perusahaan menerima uang maka tandanya akan positif (karena penerimaan uang tentu menambah kas perusahaan). Jika perusahaan mengeluarkan uang maka tandanya akan negatif (karena pengeluaran uang tentu mengurangi kas perusahaan) Perlu dicatat dalam akuntansi, tanda negatif ditulis dengan menggunakan kurung. Negatif 5000 akan ditulis (5000). Aktivitas operasional perusahaan misalnya pembayaran piutang dari pelanggan dan penjualan tunai barang dagangan atau jasa adalah contoh dari aktivitas yang menambah kas perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan yang mengurangi kas misalnya pembayaran gaji karyawan.

Bagian kedua bernama 'arus kas dari aktivitas investasi'. Bagian ini memuat jumlah uang yang diterima/dikeluarkan perusahaan terkait dengan aktivitas investasi perusahaan. Misalnya perusahaan membeli kendaraan, maka jumlah uang yang digunakan untuk membeli kendaraan akan ditampilkan pada bagian ini. Tentunya dalam laporan arus kas pengeluaran ini akan ditampilkan sebagai pengurang dan bertanda negatif.

Bagian ketiga bernama 'arus kas dari aktivitas pendanaan'. Bagian ini memuat jumlah uang yang diterima/dikeluarkan perusahaan guna melakukan aktivitas pendanaan. Kegiatan yang termasuk dalam aktivitas pendanaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan utang dan modal. Misalnya perusahaan membayar dividen, maka pembayaran dividen akan dimasukkan pada bagian ini sebagai pengurang di dalam laporan arus kas. Jika perusahaan menerima pinjaman dari bank misalnya, maka pinjaman itu dicatat sebagai penambah dalam bagian ini.

Di bagian bawah laporan arus kas, akan ditampilkan penambahan atau pengurangan kas selama periode laporan arus kas. Jika tandanya positif, berarti kas perusahaan bertambah. Jika tandanya negatif, maka kas perusahaan berkurang.

Sejauh ini mungkin ada beberapa pembaca yang masih bingung. Untuk memperjelas cara membaca laporan arus kas, berikut saya berikan contoh laporan arus kas dari PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) yang sahamnya pernah saya analisis di sini.

Laporan arus kas PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC)
Laporan arus kas PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (Klik untuk memperbesar)

Pertama, perhatikan judul laporan. Pada laporan tertulis 'Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2024'. Artinya laporan arus kas ini menggunakan data selama tahun 2024, dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024. Tulisan 'Disajikan dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain' memiliki arti bahwa angka yang ditampilkan dalam laporan arus kas memiliki mata uang Rupiah dan dalam ribuan. Misalnya ada angka 806.170.205 itu artinya Rp806.170.205.000 (atau Rp806 miliar). Perhatikan juga ada dua kolom, yaitu kolom 2024 dan 2023. Kolom 2024 berisikan data di tahun 2024, dan kolom 2023 berisi data di tahun 2023. Fungsinya adalah sebagai pembanding. Di tengah-tengahnya ada kolom Catatan. Biasanya kolom ini berisi angka referensi menuju Catatan Atas Laporan Keuangan.

Lanjut kita masuk ke bagian 'Arus Kas dari Aktivitas Operasi'. Ada 'Penerimaan kas dari pelanggan' sebesar 806.170.205. Artinya selama tahun 2024, IPCC menerima uang sebesar Rp806.170.205.000 dari pelanggan. Penerimaan itu bisa dari penjualan tunai maupun pelunasan piutang. Lalu ada 'Pembayaran kepada karyawan' sebesar (71.869.005). Artinya perusahaan mengeluarkan uang sebesar Rp71.869.005.000 selama tahun 2024 untuk membayar gaji karyawan. Di bagian bawahnya muncul tulisan 'Kas Neto Diperoleh dari Aktivitas Operasi' sebesar 380.189.790. Artinya jumlah uang yang diterima perusahaan dari aktivitas operasional (setelah dikurangi pengeluaran untuk operasional, seperti bayar gaji dan fee) adalah sebesar Rp380.189.790.000

Lalu di bagian 'Arus Kas dari Aktivitas Investasi' ada 'Pembayaran atas perolehan aset tetap dan aset tak berwujud' dengan angka sebesar (24.865.772). Artinya perusahaan mengeluarkan uang sebesar Rp24.865.772.000 untuk membeli aset tetap dan aset tak berwujud. Aset tak berwujud ini dapat berupa merek, brand, atau paten. Intinya aset yang bisa menghasilkan uang tapi tidak ada wujudnya. Di bawahnya ada 'Kas Neto Digunakan untuk Aktivitas Investasi'. Karena hanya ada satu aktivitas investasi saja, praktis angkanya sama dengan angka sebelumnya, yaitu (24.865.772).

Bagian ketiga ada 'Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan'. Ada 'Pembayaran dividen' sebesar (197.313.434). Artinya perusahaan keluar uang sebesar Rp197.313.434.000 untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Lalu ada 'Pembayaran liabilitas sewa' sebesar (17.794.990). Artinya IPCC keluar uang sebesar Rp17.794.990.000 untuk membayar utang sewa. Di bawahnya ada 'Kas Neto Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan' sebesar (215.108.424). Artinya total uang yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp215.108.424.000.

Di bagian bawahnya lagi, ada 'Kenaikan (Penurunan) Neto Kas dan Setara Kas' sebesar 140.215.594. Artinya jumlah total uang yang diterima perusahaan (setelah dikurangi dengan pengeluaran untuk aktivitas operasional, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan) adalah sebesar Rp140.215.594.000. Anda bisa cek dengan menjumlahkan angka-angka sebelumnya yaitu Rp380.189.790.000-Rp24.865.772.000-Rp215.108.424.000 = Rp140.215.594.000. Jika disini angkanya negatif? Artinya perusahaannya defisit kas, alias kas yang keluar lebih banyak daripada kas yang diterima.

Di bagian bawahnya ada 'Kas dan Setara Kas Awal Tahun' sebesar 670.181.616. Artinya di tanggal 1 Januari 2024 perusahaan (dalam contoh ini IPCC) punya kas sebesar Rp670.181.616.000. Di bagian palign bawah ada 'Kas dan Setara Kas Akhir Tahun' sebesar 810.397.210. Artinya di tanggal 31 Desember 2024 perusahaan punya kas sebesar Rp810.397.210.000. Jumlah 'Kas dan Setara Kas Akhir Tahun; akan sama dengan 'Kas dan Setara Kas Awal Tahun' ditambah dengan 'Kenaikan (Penurunan) Neto Kas dan Setara Kas'. Coba dijumlahkan, Rp670.181.616.000 ditambah Rp140.215.594.000 akan menghasilkan Rp810.397.210.000.

Di posting selanjutnya saya akan membahas tentang bagaimana cara menganalisis laporan arus kas perusahaan. Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)