Berkenalan dengan Jurnal Penyesuaian (Part 2)

Pada part 1 saya sudah membahas sekilas tentang jurnal penyesuaian. Postingan tersebut bisa dilihat di sini. Mulai dari part 2 dan seterusnya pembahasan akan saya lanjutkan dengan memberikan contoh jurnal penyesuaian yang umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Proses membuat jurnal penyesuaian tidak jauh berbeda dengan jurnal umum. Jurnal penyesuaian tetap dibuat dengan melakukan debit maupun kredit pada akun-akun tertentu. Akun-akun yang di debit maupun di kredit bergantung pada situasi dan kondisi.

Mari kita awali dulu dengan jurnal penyesuaian yang paling mudah, yaitu penyusutan atau depresiasi (sekali lagi, depresiasi ya, bukan depresi). Penyusutan aset tetap merupakan situasi di mana aset tetap disusutkan sesuai dengan umur ekonomisnya. Ya, saya tahu sampai di sini penjelasannya terdengar rumit. Tapi penjelasan ini akan lebih mudah dipahami dengan menggunakan contoh.

Anggaplah sebuah perusahaan memiliki aset tetap berupa mobil. Mobil tersebut dibeli dengan harga Rp100.000.000, dan memiliki umur ekonomis selama empat tahun. Untuk pembaca yang belum tahu umur ekonomis, umur ekonomis adalah jangka waktu di mana aset dapat digunakan sebagaimana mestinya secara ekonomis dan dengan biaya yang wajar. ‘Wajar’ di sini patokannya berbeda-beda, bergantung dengan jenis asetnya. Untuk mobil umur ekonomisnya berkisar antara 4 sampai 5 tahun. Di tahun ke-6 dan seterusnya biasanya mobil akan mulai rewel dan perlu servis ini itu (alias biaya operasionalnya jadi lebih mahal), karena itu pada umumnya mobil memiliki umur ekonomis berkisar antara 4-5 tahun. Umur ekonomis berbeda dengan umur teknis. Secara teori, mobil bisa digunakan sampai 20 tahun, bahkan lebih. 

Salah satu aset tetap dengan umur teknis yang relatif panjang, dan masih sering ditemui di jalan raya

Ingat juga bahwa perusahaan membeli mobil untuk mendukung operasional mereka (dan tentunya membantu perusahaan memperoleh pendapatan). Kembali ke cerita di paragraf sebelumnya, mobil tersebut hanya bisa digunakan dengan beban operasional yang wajar selama empat tahun. Karena itulah mobil disusutkan, dan besar penyusutannya dimasukkan pada laporan laba rugi sebagai beban. Untuk aset tetap lain yang masa manfaatnya (atau masa pakainya) amat sangat panjang bisa tidak disusutkan. Misalnya tanah. Tanah pada umumnya tidak disusutkan karena masa pakainya yang sangat panjang dan biasanya tidak memerlukan biaya perawatan. Jadi disusutkan atau tidaknya sebuah aset tetap tidak dilihat dari naik/turunnya harga pasar aset tersebut, tapi dari umur ekonomisnya.

Karena mobil itu hanya digunakan selama empat tahun oleh perusahaan, maka harga mobil sebesar Rp100.000.000 itu perlu disusutkan. Besar penyusutan ini dianggap sebagai beban, dan dimasukkan dalam laporan laba rugi. Besar penyusutannya adalah Rp100.000.000 dibagi 4 = Rp25.000.000. Angka sebesar Rp25.000.000 ini dicatat sebagai beban dan dimasukkan dalam laporan laba rugi.

Miskonsepsi yang sering terjadi adalah aset tetap disusutkan karena harganya akan turun setelah beberapa waktu digunakan. Konsep ini kurang benar karena penyusutan berhubungan dengan kemampuan aset untuk digunakan dan mendukung aktivitas perusahaan. Penyusutan sama sekali tidak berhubungan dengan naik atau turunnya harga aset tersebut di pasar seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, ada banyak metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan. 

Metode yang digunakan pada kasus mobil senilai Rp100 juta di atas disebut metode garis lurus. Selain metode garis lurus, ada banyak metode lain yang bisa digunakan untuk mencatat penyusutan. Salah satunya adalah metode unit produksi. Metode ini menggunakan unit produksi untuk menghitung besar penyusutan. Misalnya sebuah mesih mampu memproduksi 10.000 barang, dan dibeli dengan harga Rp25.000.000. Di tahun pertama barang yang diproduksi adalah 1.000 unit. Maka besar penyusutannya adalah Rp25.000.000 dibagi 10.000 (diperoleh Rp2.500), lalu dikali 1.000 unit. Didapatlah penyusutan sebesar Rp2.500.000

Bagaimana bentuk jurnal penyesuaian untuk mobil tersebut? Jurnal penyesuaiannya dibentuk dengan cara mendebit akun Beban Depresiasi Kendaraan, dan kredit akun Akumulasi Depresiasi Kendaraan. Kurang lebih seperti berikut:

Tampilan jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi kendaraan (klik gambar untuk memperbesar)

Mengapa muncul akun Akumulasi Depresiasi Kendaraan? Akun ini berfungsi sebagai akun kontra, dan nantinya pada neraca akan ditampilkan di bawah akun Kendaraan. Kurang lebih tampilannya akan seperti berikut:

Tampilan aset tetap berupa kendaraan dalam neraca atau laporan posisi keuangan (klik gambar untuk memperbesar)

Mengapa perlu ditampilkan akun kontra? Guna memberikan penjelasan yang lebih mendetail tentang akun kendaraan. Jika seseorang (yang sudah paham akuntansi tentunya) melihat informasi seperti gambar di atas, ia akan paham bahwa dulunya kendaraan dibeli dengan harga Rp100.000.000 (jumlah ini disebut dengan harga perolehan), lalu sudah disusutkan sebesar Rp25.000.000. Sisanya sebesar Rp75.000.000 disebut dengan nilai buku (atau nilai tercatat).

Di posting selanjutnya saya akan membahas bentuk jurnal penyesuaian yang lain. Materi jurnal penyesuaian sebenarnya tidak sulit, tapi cukup panjang dan kompleks.

Update 30 Juli 2025: Part 3 sudah rilis dan bisa dibaca di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)