Analisis Saham PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA)

Emiten-emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah mulai merilis laporan keuangan kuartal 3 2025. Ada emiten yang mencatat peningkatan kinerja keuangan. Misalnya saja UNVR, ANTM dan HRTA. ANTM pernah saya analisis di sini, sedangkan HRTA pernah saya analisis dalam tulisan berikut. Keduanya mencatatkan peningkatan kinerja keuangan yang cukup tinggi karena terdorong peningkatan harga emas dunia. UNVR juga mencatatkan peningkatan kinerja keuangan dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Ada juga emiten-emiten yang 'turnaround' alias berbalik dari yang awalnya merugi sehingga kinerja keuangannya buruk, menjadi untung sehingga kinerja keuangannya membaik. Salah satu emiten yang 'turnaround' adalah PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) yang akan dibahas di sini.

Logo Pizza Hut yang franchise-nya dipegang oleh PT Sarimelati Kencana Tbk.
'Berbagi bersama di Pizza Hut'. Kurang lebih begitulah slogan Pizza Hut di Indonesia

PZZA sendiri sudah berdiri di akhir 1980-an, tepatnya di tahun 1987. PZZA sudah memegang lisensi waralaba Pizza Hut dari pemegang mereknya (di benua Asia sendiri merek Pizza Hut dipegang oleh Yum! Asia Franchise)  sejak tahun 1987 sampai saat ini. Semenjak berdiri perusahaan terus melakukan beberapa inovasi, diantaranya dengan menciptakan variasi rasa pizza yang sesuai dengan lidah orang Indonesia dan mengembangkan layanan pesan antar. PZZA sendiri memiliki sekitar 500-an gerai yang tersebar di 36 provinsi di Indonesia.

PZZA sendiri dipimpin oleh Bapak Brata Taruna Hardjosubroto selaku komisaris utama dan komisaris independen. Untuk posisi direktur utama diisi oleh Bapak Hadian Iswara. Manajemennya tidak pernah terlihat melakukan hal yang aneh-aneh.

Lalu produk-produk yang dijual oleh PZZA ini apa saja? Well di sini tidak akan saya sebutkan satu-persatu karena produk pizza yang dijual cukup banyak dan bervariasi (termasuk produk pendukungnya seperti minuman). Tapi PZZA dalam laporan tahunannya menyatakan bahwa PZZA juga menjual pizza dengan metode delivery (alias diantar dengan nama Pizza Hut Delivery), selain tentunya dengan metode penjualan di restoran (yang bernama Pizza Hut Restoran).

Bagaimana dengan keuangannya? PZZA memiliki keuangan yang lumayan bagus di masa lampau. Di tahun 2018 dan tahun 2019 perusahaan mencatatkan ROE sebesar 14,28% dan 14,93%. Saat itu PZZA memiliki harga saham yang cukup mahal, sekitar Rp1.300-an per lembar.  Namun karena kondisi berubah (ingat tahun 2020 ada Covid-19), maka perusahaan berbalik mencatatkan rugi sebesar Rp93 miliar. Kondisi keuangan perusahaan sedikit membaik di tahun 2021, namun kembali memburuk di tahun 2022, 2023, dan 2024. Situasi ini semakin diperparah aksi boikot produk-produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel. Padahal PZZA sendiri tidak memiliki afiliasi dengan Israel dan hal tersebut sudah diklarifikasi oleh manajemen dalam public expose. Namun sentimen itu tetap berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan, setidaknya sampai di tahun 2024. Beruntung di tahun 2025 perusahaan mulai mampu mencatatkan peningkatan kinerja keuangan, berkat strategi efisiensi biaya yang mereka jalankan. Strategi efisiensi ini tercermin dari laporan keuangan mereka. Misalnya saja, pada kuartal 3 2025, PZZA mencatatkan penurunan beban bunga karena mereka melunasi sebagian besar utang-utangnya. 

Analisis keuangan PT Sarimelati Kencana
Analisis keuangan PZZA sejak tahun 2018 (klik gambar untuk memperbesar)

Lalu, mengapa PZZA menarik? Pertama, harganya sudah turun jauh dari awal-awal saat IPO-nya (dari yang awalnya berkisar di Rp1.300-an per lembar menjadi Rp226 per lembar saat artikel ini ditulis, bahkan dulu sempat menyentuh Rp109 per lembar) dan cukup undervalue. Kedua, perusahaan mencatatkan kinerja yang positif selama tahun 2025, sehingga ada kemungkinan kinerja keuangan di keseluruhan tahun 2025 ini akan positif. Ketiga, konflik di Timur Tengah sudah mulai mereda, jadi ada kemungkinan aksi boikot yang berlangsung selama ini akan berakhir. Keempat, manajemennya yang bisa dikatakan aman, jujur, dan terbuka. Manajemen PZZA berupaya melakukan klarifikasi (walaupun hal tersebut tidak berdampak banyak pada keadaan) terkait dampak perang di Timur Tengah pada usaha mereka. Serta kelima (dan ini yang cukup menarik menurut penulis), di laporan keuangan kuartal 3 2025 perusahaan mencatatkan peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp8 miliar lebih dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan operasional ini mencakup pendapatan beberapa hal, salah satunya pendapatan jasa antar dan pesan bawa. Artinya? Artinya ada peningkatan jumlah penjualan dengan metode take away maupun delivery.

Lalu risikonya? Apakah ada kemungkinan saham PZZA tidak naik? Ada. Kenapa? Jika ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat, atau penjualannya di kuartal 4 2025 tidak naik (dan beban-beban lainnya justru naik), maka ada kemungkinan sahamnya batal naik. Tetapi peluang terjadinya risiko ini bisa dikatakan cukup kecil.

Disclaimer: Tulisan ini bukanlah rekomendasi untuk membeli saham PZZA. Keputusan berinvestasi dan risiko yang mungkin terjadi menjadi tanggung jawab masing-masing investor.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Prospek Alfamart (AMRT) di Bursa Efek Indonesia

Penjelasan Sederhana tentang Laporan Keuangan

Mengulik Prospek Saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES)