Analisis Saham PT FKS Food Sejahtera Tbk. (AISA): Apakah Masih Ada Harapan?
Jika pembaca sudah berinvestasi cukup lama di pasar modal, mungkin pernah mendengar kasus yang menimpa AISA. Ya, beberapa tahun silam perusahaan ini pernah terkena beberapa kasus. Mulai dari kasus perebutan kekuasaan sampai dengan anak usaha yang gagal bayar. Tapi itu dulu dan sudah berlalu selama sekian tahun. Setelah waktu berlalu, apakah AISA masih punya harapan dan bisa bangkit kembali?
Seperti biasa tulisan akan saya awali dengan sejarah perusahaan. PT FKS Food Sejahtera Tbk. dengan kode saham AISA didirikan pada tanggal 26 Januari 1990. Perusahaan bergerak dalam bidang produksi makanan ringan, manis, dan kebutuhan pokok. Perjalanan AISA dimulai dari memproduksi mi kering legendaris dengan merek “Cap Ayam 2 Telur”. Selang 7 tahun berdiri, AISA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997.
Nama perusahaan telah berganti beberapa kali. Pada tahun 1994 perusahaan bernama PT Asia Inti Selera. Lalu pada tahun 2003 perusahaan berganti nama menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Terakhir, pada tahun 2021 nama perusahaan berubah menjadi PT FKS Food Sejahtera Tbk.
Saat artikel ini ditulis, posisi komisaris utama perusahaan diisi oleh Bapak Lim Aun Seng. Sedangkan posisi Presiden Direktur diisi oleh Bapak Gerry Mustika. Sejauh penelusuran yang saya lakukan, track record beliau relatif bersih. Baik Bapak Gerry Mustika maupun Bapak Lim Aun Seng bisa dikatakan ‘baru’ menjabat di AISA. Sebelumnya beliau-beliau menjabat di perusahaan lain.
Mari kita lanjutkan pembahasan ke produk yang diproduksi AISA. AISA sendiri mengelompokkan produk mereka menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok makanan dasar. Makanan yang masuk dalam kelompok ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dimakan. Kelompok kedua adalah makanan konsumsi. Makanan di kelompok ini bisa langsung dikonsumsi tanpa diolah terlebih dahulu. Kelompok makanan dasar dibagi lagi menjadi kelompok mi kering dan bihun. Kelompok makanan konsumsi dibagi lagi menjadi kelompok mi instan, biskuit, bihun instan, wafer stick, dan permen. Beberapa brand yang dimiliki perusahaan diantaranya Taro dan Mie Kremezz. Mungkin beberapa dari pembaca sering mengonsumsi produk tersebut (terutama saat kanak-kanak dulu).
![]() |
| Produk-produk yang diproduksi AISA |
Lalu bagaimana dengan keuangannya? Setelah mengalami periode sulit beberapa tahun yang lalu, AISA sudah mulai mencatatkan kondisi keuangan yang relatif baik. Sudah ada tanda-tanda perbaikan yang dapat dilihat investor. Data ringkas keuangan AISA dapat dilihat pada tabel berikut:
![]() |
| Analisis keuangan AISA (klik gambar untuk memperbesar) |
Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2021-2023 cenderung kurang bagus, bahkan di tahun 2022 perusahaan sempat mencatatkan kerugian. Pada tahun 2024 perusahaan mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik, walaupun masih memiliki return on equity (ROE) di bawah 10%. Kinerja perusahaan semakin membaik di tahun 2025. Berdasarkan laporan keuangan kuartal 1 2025, AISA mencatatkan laba sebesar Rp34,9 miliar. Jika disetahunkan (dengan cara dikali empat) jumlah ini sama dengan Rp139,74 miliar. Dengan total ekuitas yang bisa diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp1,084 triliun, maka ROE disetahunkan AISA pada kuartal 1 2025 adalah 12,9%. Mungkin hal inilah yang mengakibatkan saham AISA naik banyak setelah laporan keuangan kuartal 1 AISA dirilis.
Lalu apakah ini berarti saat yang tepat untuk meminang AISA? Jika dianalisis lebih jauh, PBV AISA ada di kisaran 1,2 kali. Masih murah. Prospeknya pun lumayan cerah (karena AISA adalah perusahaan makanan, produknya didistribusikan ke berbagai daerah, dan perusahaan punya pangsa pasar tersendiri). Tapi jika kita bandingkan dengan perusahaan sejenis (seperti MYOR, KEJU, atau CMRY), kinerja AISA masih kurang, dan prospeknya tidak secerah saham-saham yang disebutkan sebelumnya. Selain itu AISA pernah bermasalah di masa sebelumnya, dan masalah tersebut mengakibatkan perusahaan merugi. Kerugian tersebut lumayan besar, dan mengakibatkan adanya saldo defisit (minus) dalam laporan keuangan perusahaan, khususnya di bagian ekuitas. Ini artinya AISA tidak akan membagikan dividen dalam waktu dekat ini (karena seringkali perusahaan yang saldo modalnya defisit akan mengumpulkan laba dulu sampai saldo modalnya tidak defisit, baru lanjut membayarkan dividen).
The bottom line? Jika kinerja keuangannya membaik di masa-masa mendatang, ada kemungkinan besar AISA menjadi multibagger. But, kita tunggu dulu laporan kuartal 2 2025. Semoga kondisi keuangannya membaik.
Disclaimer: Tulisan ini bukanlah ajakan untuk membeli saham. Keputusan dan tanggung jawab investasi tetap ada pada tangan masing-masing investor


Komentar
Posting Komentar